Dari Idola yang Direbut Tahtanya Menjadi Rival Abadi : Kisah Pahit Hubungan Marc Marquez dan Valentino Rossi yang Tak Kunjung Membaik


Dunia MotoGP adalah panggung rivalitas epik, pertarungan roda dua yang memacu adrenalin dan melahirkan legenda. Di antara sekian banyak persaingan sengit, hubungan antara Marc Marquez dan Valentino Rossi menempati posisi unik dan penuh drama. Dimulai dari kekaguman seorang junior terhadap sang maestro, jalinan itu perlahan berubah menjadi persaingan sengit di lintasan, yang kemudian merenggut respek dan meninggalkan luka mendalam yang hingga bertahun-tahun sesudahnya belum menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.

Awal Mula: Kekaguman Seorang Bocah Ajaib

Ketika Marc Marquez pertama kali menginjakkan kaki di kelas MotoGP pada tahun 2013, Valentino Rossi adalah sosok yang dielu-elukan. Sembilan gelar juara dunia, karisma yang memukau, dan basis penggemar global menjadikan Rossi bukan hanya seorang pembalap, melainkan ikon olahraga. Marquez, yang kala itu masih berusia 20 tahun, tak menyembunyikan kekagumannya pada "The Doctor". Pujian dan respek kerap dilontarkan Marquez, mengakui Rossi sebagai inspirasi dan salah satu alasan mengapa ia bermimpi untuk berlaga di kelas premier.
Interaksi awal mereka di luar lintasan terlihat hangat. Saling sapa, berjabat tangan, bahkan sesekali bercanda terekam kamera. Generasi muda yang penuh talenta bertemu dengan sang legenda hidup, sebuah narasi yang indah dan menjanjikan persaingan sehat yang akan memajukan MotoGP. Namun, takdir dan ambisi juara memiliki rencana lain.

Musim 2013-2014: Benih-Benih Persaingan Mulai Tumbuh

Marquez datang ke MotoGP bukan untuk sekadar meramaikan persaingan. Dengan gaya balap agresif, bakat alami yang luar biasa, dan motor Honda yang kompetitif, ia langsung menjelma menjadi penantang serius. Pada musim debutnya, Marquez berhasil meraih gelar juara dunia, mengungguli para seniornya, termasuk Rossi.
Meskipun persaingan di lintasan mulai memanas, Rossi kala itu masih menunjukkan sikap menghormati terhadap juniornya. Namun, kekalahan demi kekalahan di tangan Marquez mulai menumbuhkan benih-benih rivalitas yang lebih dalam. Rossi, yang terbiasa mendominasi, harus mengakui keunggulan pembalap muda yang merebut takhtanya dengan begitu cepat.

Puncak Konflik: Musim 2015 yang Kontroversial

Tahun 2015 menjadi titik balik yang mengubah segalanya. Persaingan untuk gelar juara dunia mengerucut pada Rossi dan rekan setimnya di Yamaha, Jorge Lorenzo. Namun, Marquez tiba-tiba menjadi фигуран utama dalam drama ini.
Serangkaian insiden kontroversial terjadi di beberapa balapan terakhir musim itu, yang melibatkan Marquez dan Rossi. Puncaknya terjadi di Grand Prix Malaysia di Sepang. Setelah beberapa kali saling menyalip dengan sengit, Rossi terlihat mendorong Marquez keluar lintasan, yang mengakibatkan pembalap Spanyol itu terjatuh.
Insiden ini memicu badai kontroversi. Rossi dihukum dengan start dari posisi terakhir di balapan penentuan gelar di Valencia. Banyak pihak, terutama penggemar Rossi, merasa bahwa Marquez sengaja bermain-main dan menghalangi laju Rossi untuk membantu Lorenzo meraih gelar juara. Sementara itu, kubu Marquez merasa Rossi bertindak tidak sportif dan membahayakan keselamatan pembalap lain.

Dampak Mendalam: Retaknya Hubungan dan Polarisasi Penggemar

Insiden Sepang tidak hanya menggagalkan peluang Rossi meraih gelar juara dunia kesepuluhnya, tetapi juga merusak secara permanen hubungannya dengan Marquez. Sejak saat itu, keduanya hampir tidak pernah terlihat berinteraksi secara ramah di depan publik. Jabat tangan dingin atau bahkan saling menghindar menjadi pemandangan lazim di antara keduanya.
Konflik ini juga merembet ke kalangan penggemar. Kubu Rossi dan Marquez terpecah belah, saling menyerang di media sosial dan bahkan terkadang di tribun penonton. Rivalitas di lintasan berubah menjadi permusuhan di luar lintasan, menciptakan atmosfer yang kurang sehat bagi MotoGP secara keseluruhan.

Upaya yang Gagal: Mencari Titik Temu di Tengah Ketegangan

Setelah insiden 2015, beberapa kali ada upaya untuk mencairkan suasana di antara kedua pembalap. Dorna Sports, sebagai promotor MotoGP, berusaha memediasi dan mendorong keduanya untuk bersikap lebih profesional. Namun, luka yang terlanjur dalam tampaknya sulit disembuhkan.
Meskipun keduanya tetap bersaing di lintasan dan menunjukkan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya, tidak ada lagi kehangatan atau respek yang terlihat seperti di awal karir Marquez. Rossi, dalam beberapa kesempatan, masih melontarkan sindiran atau komentar pedas terkait insiden masa lalu. Sementara Marquez, meskipun lebih berhati-hati dalam berkomentar, tidak pernah secara terbuka mengakui kesalahan atau meminta maaf atas perannya dalam kontroversi 2015.


Luka Lama Belum Mengering

Hingga bertahun-tahun setelahnya, meskipun Valentino Rossi telah pensiun dari MotoGP pada akhir musim 2021, dampaknya masih terasa. Hubungan dingin antara Marquez dan Rossi, meskipun tidak lagi menjadi fokus utama di setiap balapan, tetap menjadi bagian dari narasi sejarah MotoGP.
Marquez, yang kini membela tim Ducati Lenovo, terus berjuang untuk meraih gelar juara dunia MotoGP ketujuhnya. Sementara Rossi fokus pada karir balap mobil dan mengelola tim VR46 Racing di MotoGP. Meskipun tidak lagi berhadapan langsung di lintasan, bayang-bayang rivalitas masa lalu masih melekat pada keduanya.
Para penggemar MotoGP pun masih terbagi. Sebagian masih menyimpan kekecewaan terhadap Marquez atas perannya di musim 2015, sementara yang lain mengagumi talenta dan determinasi pembalap Spanyol tersebut. Di sisi lain, Rossi tetap menjadi legenda hidup dengan jutaan penggemar setia di seluruh dunia.

Kesimpulan:
Sebuah Rivalitas yang Meninggalkan Bekas Mendalam

Hubungan antara Marc Marquez dan Valentino Rossi adalah kisah tragis dalam sejarah MotoGP. Dimulai dari kekaguman dan respek, berubah menjadi persaingan sengit yang kemudian merenggut segalanya. Insiden 2015 menjadi titik nadir yang meninggalkan luka mendalam, tidak hanya bagi kedua pembalap, tetapi juga bagi seluruh komunitas MotoGP.
Meskipun waktu telah berlalu dan Rossi telah pensiun, belum ada tanda-tanda rekonsiliasi yang signifikan. Rivalitas ini akan terus dikenang sebagai salah satu yang paling kontroversial dan pahit dalam sejarah olahraga motor, sebuah pengingat bahwa bahkan di level tertinggi persaingan, batas antara ambisi dan sportivitas bisa menjadi sangat tipis, dan konsekuensinya bisa bertahan lama. Kisah Marquez dan Rossi adalah pelajaran tentang bagaimana persaingan yang membara dapat menghancurkan jalinan yang dulunya indah, meninggalkan bekas luka yang sayangnya, hingga kini belum mengering.

Photo :
@weare93
@valeyellow46