Lebih Dekat Mengenal, Standar Sertifikasi FIM di Helm
Mari kita bahas secara mendalam dan detail mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi suatu tipe helm agar lolos sertifikasi dari Fédération Internationale de Motocyclisme (FIM). Sertifikasi FIM merupakan salah satu standar keselamatan helm tertinggi di dunia, khususnya untuk penggunaan dalam kompetisi balap motor profesional. Helm yang lolos sertifikasi ini menjamin tingkat perlindungan maksimal bagi penggunanya dalam kondisi ekstrem.
Mengapa Sertifikasi FIM Sangat Penting?
Sertifikasi FIM bukan sekadar label. Ini adalah bukti komprehensif bahwa sebuah helm telah melalui serangkaian pengujian yang ketat dan memenuhi standar keselamatan yang sangat tinggi. Dalam dunia balap motor, di mana kecepatan dan risiko kecelakaan sangat tinggi, helm yang tersertifikasi FIM menjadi jaminan penting bagi keselamatan pembalap. Sertifikasi ini juga memberikan kepercayaan kepada konsumen umum bahwa helm tersebut memiliki kualitas perlindungan di atas rata-rata.
Proses dan Lembaga Sertifikasi FIM
FIM sendiri tidak melakukan pengujian secara langsung. Mereka mendelegasikan proses pengujian dan sertifikasi kepada lembaga pengujian independen yang terakreditasi. Lembaga-lembaga ini memiliki fasilitas dan keahlian untuk melakukan serangkaian pengujian yang diperlukan sesuai dengan standar FIM. Beberapa lembaga pengujian yang diakui oleh FIM antara lain:
* SHARP (Safety Helmet Assessment and Rating Programme) - UK: Meskipun SHARP adalah program penilaian independen, pengujian yang mereka lakukan sering kali menjadi dasar bagi persyaratan FIM.
* ECE (Economic Commission for Europe) - Regulation 22.06: Standar ECE 22.06 adalah standar keselamatan helm yang berlaku di Eropa dan banyak negara lainnya. FIM sering kali menggunakan standar ini sebagai basis, namun dengan persyaratan yang lebih ketat.
* Lembaga Pengujian Lain yang Terakreditasi FIM: FIM secara berkala menunjuk dan mengakui lembaga pengujian lain yang memenuhi kriteria mereka.
Syarat-syarat untuk sertifikasi helm FIM sangat komprehensif dan mencakup berbagai aspek desain, material, dan kinerja helm. Berikut adalah beberapa persyaratan utama yang harus dipenuhi:
1. Konstruksi dan Material Shell (Cangkang Helm):
* Material Berkualitas Tinggi: Shell helm harus terbuat dari material komposit yang kuat dan ringan, seperti serat karbon, fiberglass, Kevlar, atau kombinasi dari material-material tersebut. Material ini dipilih karena kemampuannya dalam menyerap dan mendistribusikan energi benturan.
* Kekuatan dan Ketahanan: Shell harus mampu menahan penetrasi benda tajam dan tidak mudah pecah atau retak saat terjadi benturan. Pengujian dilakukan dengan menjatuhkan helm ke permukaan yang keras dari ketinggian tertentu.
* Kekakuan yang Terukur: Shell harus memiliki tingkat kekakuan yang tepat untuk melindungi kepala tanpa menjadi terlalu kaku sehingga memindahkan seluruh energi benturan ke kepala.
2. Energy Absorption Liner (Lapisan Peredam Kejut):
* Material EPS (Expanded Polystyrene) atau Material Serupa: Lapisan dalam helm ini biasanya terbuat dari EPS dengan kepadatan yang bervariasi. Material ini dirancang untuk menghancurkan diri saat terjadi benturan, menyerap sebagian besar energi kinetik dan mengurangi dampak yang diterima kepala.
* Ketebalan dan Kepadatan yang Optimal: Ketebalan dan kepadatan EPS harus sesuai dengan ukuran dan desain helm untuk memberikan perlindungan maksimal pada berbagai titik benturan.
* Distribusi Energi Benturan: Liner harus mampu mendistribusikan energi benturan secara merata ke seluruh area helm, mengurangi tekanan lokal pada titik tumbukan.
3. Retention System (Sistem Pengikat):
* Tali Pengikat yang Kuat: Tali pengikat (chinstrap) harus terbuat dari material yang kuat dan tahan abrasi, seperti nilon atau Dyneema. Tali ini harus mampu menahan gaya tarik yang besar tanpa putus atau melonggar.
* Pengunci yang Aman: Sistem pengunci (buckle) harus dirancang agar mudah digunakan namun sangat aman dan tidak mudah terlepas secara tidak sengaja saat terjadi benturan. Sistem pengunci Double-D ring adalah standar yang paling umum dan direkomendasikan untuk helm balap karena keamanannya yang terjamin.
* Penyesuaian yang Tepat: Sistem pengikat harus memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan kekencangan helm dengan pas dan aman di kepala.
4. Visor (Kaca Pelindung):
* Material yang Tahan Benturan dan Abrasi: Visor harus terbuat dari material polikarbonat yang kuat, tahan benturan, dan memiliki lapisan anti gores.
* Kejelasan Optik: Visor harus memberikan pandangan yang jelas dan tidak terdistorsi bagi pengendara. Pengujian dilakukan untuk memastikan tidak ada aberasi optik yang signifikan.
* Bidang Pandang yang Luas: Desain visor harus memberikan bidang pandang yang luas, terutama pandangan periferal, yang sangat penting dalam balap motor.
* Mekanisme Penguncian yang Aman: Visor harus memiliki mekanisme penguncian yang kuat untuk mencegahnya terbuka saat terjadi kecelakaan.
* Uji Penetrasi: Visor juga diuji ketahanannya terhadap penetrasi benda asing.
5. Uji Benturan (Impact Tests):
Ini adalah bagian terpenting dari proses sertifikasi FIM. Helm diuji dengan cara dijatuhkan ke berbagai jenis permukaan anvil (datar, bulat, tepi) dari ketinggian tertentu dan pada berbagai titik benturan yang kritis (depan, belakang, samping, atas).
* Pengukuran Akselerasi: Selama uji benturan, sensor di dalam kepala dummy (manekin) akan mengukur tingkat akselerasi yang dialami kepala. Standar FIM menetapkan batas maksimum akselerasi yang diizinkan untuk memastikan risiko cedera kepala minimal.
* Berbagai Kondisi Benturan: Pengujian dilakukan pada berbagai kecepatan dan sudut benturan untuk mensimulasikan berbagai skenario kecelakaan yang mungkin terjadi dalam balapan.
6. Uji Penetrasi (Penetration Test):
Sebuah penusuk tajam dijatuhkan ke helm dari ketinggian tertentu untuk menguji ketahanan shell terhadap penetrasi benda asing. Penusuk tidak boleh menembus shell dan menyentuh kepala dummy.
7. Uji Retensi (Retention Test):
Tali pengikat helm diberi beban tarik yang signifikan untuk menguji kekuatannya dan memastikan sistem pengunci tidak gagal. Helm tidak boleh terlepas dari kepala dummy selama pengujian.
8. Uji Kekakuan Shell (Shell Rigidity Test):
Helm diberi tekanan dari samping untuk mengukur tingkat deformasi shell. Deformasi yang berlebihan dapat mengurangi kemampuan helm dalam melindungi kepala.
9. Persyaratan Tambahan FIM:
Selain persyaratan teknis di atas, FIM juga mungkin memiliki persyaratan tambahan terkait dengan:
* Ukuran dan Berat: Helm harus tersedia dalam berbagai ukuran dan memiliki berat yang wajar agar tidak membebani pembalap.
* Ventilasi: Meskipun bukan fokus utama keselamatan, ventilasi yang baik dapat meningkatkan kenyamanan pembalap.
* Fitur Tambahan: Beberapa fitur tambahan seperti sistem pelepasan darurat untuk bantalan pipi mungkin menjadi pertimbangan.
* Proses Produksi dan Kontrol Kualitas: FIM juga dapat meninjau proses produksi dan kontrol kualitas pabrikan untuk memastikan konsistensi kualitas helm yang disertifikasi.
Helm yang berhasil melewati semua pengujian dan memenuhi persyaratan FIM akan diberikan label sertifikasi FIM. Label ini biasanya berupa stiker yang ditempelkan di bagian belakang atau samping helm dan mencantumkan nomor sertifikasi yang unik. Keberadaan label ini menjadi jaminan bagi pembalap dan konsumen bahwa helm tersebut telah memenuhi standar keselamatan tertinggi yang ditetapkan oleh FIM.
Kesimpulan:
Sertifikasi FIM adalah tolok ukur tertinggi untuk keselamatan helm, terutama dalam konteks balap motor profesional. Proses sertifikasi ini melibatkan serangkaian pengujian yang ketat dan komprehensif terhadap berbagai aspek desain, material, dan kinerja helm. Helm yang lolos sertifikasi FIM menjamin tingkat perlindungan maksimal bagi penggunanya dalam kondisi ekstrem. Bagi para pembalap dan pengendara motor yang mengutamakan keselamatan tanpa kompromi, memilih helm dengan sertifikasi FIM adalah pilihan yang sangat bijak. Memahami syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sertifikasi ini juga memberikan apresiasi yang lebih dalam terhadap pentingnya kualitas dan inovasi dalam industri helm.
Photo :
@motogp